Belum adanya legalitas kompetisi yang didapat PSMS Medan membuat para
pemain resah. Tak ayal, konsentrasi pun terganggu menanti keputusan
legalitas tersebut, Senin (10/3).
Salah seorang pemain, Donny Fernando Siregar mengaku, masih dualismenya kepengurusan PSMS Medan antar Muhammad Fauzi Nasution dan Indra Sakti Harahap membuat pemain resah. "Sebagian pemain pasrah dengan keadaan. Sebagai pemain kami hanya berlatih dan bermain demi kebaikan tim," ungkapnya.
Katanya, trauma masa lalu pun menghantui para pemain dan tak ingin merasakan kembali masa-masa pahit itu. Keputusan PSSI legalitas kompetisi dari PSSI yang dinanti para pemain untuk memberikan kejelasan apakah PSMS Medan versi Fauzi yangh menjadi kontestan Divisi Utama Ligha Indonesia 2014/2015 atau kepengurusan Indra. "Apa pun keputusannya, kami sebagai pemain hanya bisa mengharapkan yang terbaik bagi PSMS," tuturnya.
Memang, dualisme kepengurusan ini, secara kasat mata para pemain yang terkena imbas. Dualisme ini pula yang menjadikan masa depan para pemain kelam. Jika, legalitas kompetisi diberikan PSSI kepada kepengurusan Indra, maka para pemain Fauzi yang akan terkatung-katung nasibnya. Begitu pula sebaliknya, jika kepengurusan Fauzi yang direstui menjadi peserta Divisi Utama.
Donny mengakui, jika PSMS versi Fauzi tak mendapatkan legalitas, sudah dipastikan para pemain mencari rumah baru. Hanya dua pilihan para pemain. Mencari klub baru atau menjadi penonton. Jika mencari klub baru, para pemain memiliki waktu yang sempit.
Itu mengingat gong kompetisi Divisi Utama dimulai April mendatang. Jika menjadi penonton maka harus menunggu jeda kompetisi atau menunggu musim depan. "Sudah juga pemain cari klub lain. Tim mana yang mau menerima, sedangkan persiapan sudah dilakukan, sudah pasti menganggu kesiapan tim yang sudah dibentuk dan pasti mengeser posisi pemain lainnya," jelasnya.
Di balik itu semua, Donny meyakini, jika PSMS Medan akan menjadi kontestan Divisi Utama. Tinggal kebijakan PSSI yang diharapkan untuk memberikan restunya kepada siapa. "Kalau menurut saya, sangat riskan PSMS tak ikut kompetisi. Hal yang sangat luar biasa jika PSSI memutuskan PSMS tak ikut kompetisi muisim ini. Tinggal pengurus yang memenuhi untuk meraih legalitas," tandasnya.
Diakuinya, legalitas itulah yang dinanti-nanti para pemain. Persiapan tim yang dilakukan akan sia-sia bila legalitas tersebut tak didapat. "Kalau sudah ada legalitas, kami sebagai pemain siap bertanding dimana saja. Karena sudah ada kepastian, jadi pemain tidak takut. Ada legalitas, kami fight," tegasnya.
Pemain lainnya, Muhammad Affan Lubis mengaku, dualisme inilah yang menganggu konsentrasi pemain. "Pasti ada psikologi pemain yang terganggu. Tapi, kita lihat saja keputusan final PSSI 10 Maret ini," ujarnya. (sindo)
Salah seorang pemain, Donny Fernando Siregar mengaku, masih dualismenya kepengurusan PSMS Medan antar Muhammad Fauzi Nasution dan Indra Sakti Harahap membuat pemain resah. "Sebagian pemain pasrah dengan keadaan. Sebagai pemain kami hanya berlatih dan bermain demi kebaikan tim," ungkapnya.
Katanya, trauma masa lalu pun menghantui para pemain dan tak ingin merasakan kembali masa-masa pahit itu. Keputusan PSSI legalitas kompetisi dari PSSI yang dinanti para pemain untuk memberikan kejelasan apakah PSMS Medan versi Fauzi yangh menjadi kontestan Divisi Utama Ligha Indonesia 2014/2015 atau kepengurusan Indra. "Apa pun keputusannya, kami sebagai pemain hanya bisa mengharapkan yang terbaik bagi PSMS," tuturnya.
Memang, dualisme kepengurusan ini, secara kasat mata para pemain yang terkena imbas. Dualisme ini pula yang menjadikan masa depan para pemain kelam. Jika, legalitas kompetisi diberikan PSSI kepada kepengurusan Indra, maka para pemain Fauzi yang akan terkatung-katung nasibnya. Begitu pula sebaliknya, jika kepengurusan Fauzi yang direstui menjadi peserta Divisi Utama.
Donny mengakui, jika PSMS versi Fauzi tak mendapatkan legalitas, sudah dipastikan para pemain mencari rumah baru. Hanya dua pilihan para pemain. Mencari klub baru atau menjadi penonton. Jika mencari klub baru, para pemain memiliki waktu yang sempit.
Itu mengingat gong kompetisi Divisi Utama dimulai April mendatang. Jika menjadi penonton maka harus menunggu jeda kompetisi atau menunggu musim depan. "Sudah juga pemain cari klub lain. Tim mana yang mau menerima, sedangkan persiapan sudah dilakukan, sudah pasti menganggu kesiapan tim yang sudah dibentuk dan pasti mengeser posisi pemain lainnya," jelasnya.
Di balik itu semua, Donny meyakini, jika PSMS Medan akan menjadi kontestan Divisi Utama. Tinggal kebijakan PSSI yang diharapkan untuk memberikan restunya kepada siapa. "Kalau menurut saya, sangat riskan PSMS tak ikut kompetisi. Hal yang sangat luar biasa jika PSSI memutuskan PSMS tak ikut kompetisi muisim ini. Tinggal pengurus yang memenuhi untuk meraih legalitas," tandasnya.
Diakuinya, legalitas itulah yang dinanti-nanti para pemain. Persiapan tim yang dilakukan akan sia-sia bila legalitas tersebut tak didapat. "Kalau sudah ada legalitas, kami sebagai pemain siap bertanding dimana saja. Karena sudah ada kepastian, jadi pemain tidak takut. Ada legalitas, kami fight," tegasnya.
Pemain lainnya, Muhammad Affan Lubis mengaku, dualisme inilah yang menganggu konsentrasi pemain. "Pasti ada psikologi pemain yang terganggu. Tapi, kita lihat saja keputusan final PSSI 10 Maret ini," ujarnya. (sindo)