Kompetisi kelas dua, kompetisi buangan, atau kompetisi anak
tiri. Begitulah imej yang mungkin bisa disimpulkan dari kompetisi Divisi
Utama selama ini. Gaungnya masih kalah dibandingkan dengan kompetisi
kasta teratas Indonesia, Indonesia Super League (ISL). Mengusung klub
yang lebih banyak, kondisi tersebut diprediksi bakal terjadi musim ini.
—–
STADION Manahan, 15 April besok menjadi saksi bergulirnya kembali kompetisi Divisi Utama 2014. Sebanyak 63 klub bakal memulai aksi saling sikutnya untuk memperebutkan dua jatah ke ISL musim depan. Persaingan yang terjal di tengah semakin bongsornya jumlah kontestan dalam kompetisi kasta kedua itu.
Hanya, meningkatnya jumlah klub tersebut tentu saja bukan nilai utama bagi Divisi Utama untuk dapat mencuri perhatian. Publik hanya akan melihat bagaimana Divisi Utama bisa memperbaiki kualitas kompetisinya. Bukan lagi dihuni klub "angka ikut", melainkan dengan klub yang punya kualitas jempolan.
Jelas itu yang akan menjadi tantangan terbesar untuk ke-63 klub ataupun PT Liga Indonesia (PT LI) sebagai operator penyelenggaranya. Apalagi, jika dilihat dari peta persaingannya sepanjang masa persiapan, tidak banyak klub yang mumpuni dari segi finansial dan merembet ke skuadnya untuk musim ini.
Mungkin hanya beberapa klub saja yang mantap persiapannya untuk Divisi Utama kali ini. Salah satunya Persikabo Kabupaten Bogor. Lihat saja bagaimana klub tersebut mengisi posisi di kursi pelatihnya dengan nama beken seperti Kas Hartadi. Lalu, masih ada mantan bintang-bintang di ISL seperti Budi Sudarsono ataupun Aldo Barretto.
Dengan melihat peta kekuatan klub lain, klub yang nyaris promosi di musim lalu itu pun seolah tidak punya kompetitor sepadan. "Pada tahun lalu kami masih bersaing ketat dengan klub seperti Persebaya Surabaya, Persik Kediri, ataupun kuda hitam Perseru Serui. Tapi tahun ini tidak akan seseru tahun lalu," ujar asisten manajer Persikabo, Budi Harto kepada Jawa Pos, kemarin (13/4).
Pernyataan itu bukan isapan jempol belaka. Dilihat dari persiapannya, tidak lebih dari separo klub Divisi Utama yang bisa aman dari persolan. Entah itu finansialnya, sampai pada pemenuhan infrastrukturnya. Lihat saja bagaimana Persiraja Banda Aceh yang nyaris mundur, atau klub-klub Divisi Utama yang mengantongi warning untuk melunasi kewajibannya hingga hari ini.
Ada kesan banyak klub yang keikut sertaannya cenderung dipaksakan. Budi pun memprediksi di jalur persaingan berebut dua tiket ISL akan diisi klub-klub dengan tradisi panjang seperti PSIS Semarang, PSS Sleman, PSCS Cilacap, atau bisa juga Persis Solo. "Intinya, yang punya tradisi, itu yang kuat," tegasnya.
Pernyataan tidak jauh berbeda juga diungkapkan salah satu klub debutan Divisi Utama tahun ini, Villa 2000. Pelatih Ricky Nelson melihat masih banyak klub yang memaksakan diri bergabung dalam kompetisi sekalipun kondisinya tidak memungkinkan. "Semoga PSSI atau PT LI mampu menjaring semuanya dengan baik," sebutnya.
Dia berharap apapun kekurangan dari klub bisa ditutupi oleh kualitas penyelenggaraan oleh PT LI. Baik untuk kemasan pertandingan, ataupun kualitas pengadil yang seringkali menjadi biang keladi kericuhan di Divisi Utama. "Kalau itu bisa dipenuhi, harusnya secara kualitas kompetisi di tahun ini sedikit lebih baik, harusnya," imbuhnya.
Di sisi lain, PT LI memang sudah memberikan standar kelayakan klub-klub peserta Divisi Utama musim ini. Namun, semua itu masih ada saja kekurangan di dalamnya. Sekretaris PT LI Tigor Shalom Boboy mengakui tidak mudah untuk bisa memaksa klub-klub Divisi Utama sempurna di dalam persiapannya.
Verifikasi yang sudah mereka lakukan sudah bisa menjadi acuan. "Kalaupun ada klub-klub yang di perjalannya masih belum maksimal, itu kami kembalikan ke klubnya sendiri. Jangankan klub di Divisi Utama, di ISL saja masih sulit. Semua itu masih proses menuju ke arah sana (kompetisi yang lebih baik, Red)," tandasnya. (indopos)
—–
STADION Manahan, 15 April besok menjadi saksi bergulirnya kembali kompetisi Divisi Utama 2014. Sebanyak 63 klub bakal memulai aksi saling sikutnya untuk memperebutkan dua jatah ke ISL musim depan. Persaingan yang terjal di tengah semakin bongsornya jumlah kontestan dalam kompetisi kasta kedua itu.
Hanya, meningkatnya jumlah klub tersebut tentu saja bukan nilai utama bagi Divisi Utama untuk dapat mencuri perhatian. Publik hanya akan melihat bagaimana Divisi Utama bisa memperbaiki kualitas kompetisinya. Bukan lagi dihuni klub "angka ikut", melainkan dengan klub yang punya kualitas jempolan.
Jelas itu yang akan menjadi tantangan terbesar untuk ke-63 klub ataupun PT Liga Indonesia (PT LI) sebagai operator penyelenggaranya. Apalagi, jika dilihat dari peta persaingannya sepanjang masa persiapan, tidak banyak klub yang mumpuni dari segi finansial dan merembet ke skuadnya untuk musim ini.
Mungkin hanya beberapa klub saja yang mantap persiapannya untuk Divisi Utama kali ini. Salah satunya Persikabo Kabupaten Bogor. Lihat saja bagaimana klub tersebut mengisi posisi di kursi pelatihnya dengan nama beken seperti Kas Hartadi. Lalu, masih ada mantan bintang-bintang di ISL seperti Budi Sudarsono ataupun Aldo Barretto.
Dengan melihat peta kekuatan klub lain, klub yang nyaris promosi di musim lalu itu pun seolah tidak punya kompetitor sepadan. "Pada tahun lalu kami masih bersaing ketat dengan klub seperti Persebaya Surabaya, Persik Kediri, ataupun kuda hitam Perseru Serui. Tapi tahun ini tidak akan seseru tahun lalu," ujar asisten manajer Persikabo, Budi Harto kepada Jawa Pos, kemarin (13/4).
Pernyataan itu bukan isapan jempol belaka. Dilihat dari persiapannya, tidak lebih dari separo klub Divisi Utama yang bisa aman dari persolan. Entah itu finansialnya, sampai pada pemenuhan infrastrukturnya. Lihat saja bagaimana Persiraja Banda Aceh yang nyaris mundur, atau klub-klub Divisi Utama yang mengantongi warning untuk melunasi kewajibannya hingga hari ini.
Ada kesan banyak klub yang keikut sertaannya cenderung dipaksakan. Budi pun memprediksi di jalur persaingan berebut dua tiket ISL akan diisi klub-klub dengan tradisi panjang seperti PSIS Semarang, PSS Sleman, PSCS Cilacap, atau bisa juga Persis Solo. "Intinya, yang punya tradisi, itu yang kuat," tegasnya.
Pernyataan tidak jauh berbeda juga diungkapkan salah satu klub debutan Divisi Utama tahun ini, Villa 2000. Pelatih Ricky Nelson melihat masih banyak klub yang memaksakan diri bergabung dalam kompetisi sekalipun kondisinya tidak memungkinkan. "Semoga PSSI atau PT LI mampu menjaring semuanya dengan baik," sebutnya.
Dia berharap apapun kekurangan dari klub bisa ditutupi oleh kualitas penyelenggaraan oleh PT LI. Baik untuk kemasan pertandingan, ataupun kualitas pengadil yang seringkali menjadi biang keladi kericuhan di Divisi Utama. "Kalau itu bisa dipenuhi, harusnya secara kualitas kompetisi di tahun ini sedikit lebih baik, harusnya," imbuhnya.
Di sisi lain, PT LI memang sudah memberikan standar kelayakan klub-klub peserta Divisi Utama musim ini. Namun, semua itu masih ada saja kekurangan di dalamnya. Sekretaris PT LI Tigor Shalom Boboy mengakui tidak mudah untuk bisa memaksa klub-klub Divisi Utama sempurna di dalam persiapannya.
Verifikasi yang sudah mereka lakukan sudah bisa menjadi acuan. "Kalaupun ada klub-klub yang di perjalannya masih belum maksimal, itu kami kembalikan ke klubnya sendiri. Jangankan klub di Divisi Utama, di ISL saja masih sulit. Semua itu masih proses menuju ke arah sana (kompetisi yang lebih baik, Red)," tandasnya. (indopos)