PT
Liga Indonesia menjalankan komitmennya untuk mengambil alih pelunasan
gaji pemain yang tertunggak oleh beberapa klub. Pembayaran menuju
pelunasan seutuhnya memang membutuhkan proses yang sudah direncanakan
dengan seksama.
Sebelum melakukan tindakan konkrit, seperti yang telah dilakukan terhadap klub PSPS Pekanbaru, Liga terlebih dulu melakukan verifikasi terhadap data klub ISL yang memiliki tunggakan dengan cara mengkroscek kepada pemain maupun ofisial yang bersangkutan.
"Tentu saja kami tidak bisa selesaikan semuanya dalam sekali pembayaran. Butuh proses panjang. Nah, kami sudah mulai pembayaran, pertama adalah PSPS dan diikuti dengan tiga klub lainnya yaitu PSAP, Persiwa serta Deltras," kata Tigorshalom Boboy, Sekretaris Liga, Kamis (17/1).
Setelah proses verifikasi selesai maka tahap pembayaran bertahap pun dilakukan oleh Liga. Hal ini dilakukan dengan cara mentransfer langsung kepada pemain ataupun ofisial yang tertunda haknya.
Hingga hari ini (17/01), Liga telah melakukan pembayaran gaji kepada empat klub, yakni PSPS, PSAP, Deltras dan Persiwa. Rata-rata pembayaran awal yang telah terealisasi adalah sepuluh persen dari total komitmen yang dahulu disetujui kedua belah pihak.
Apa yang dilakukan oleh Liga adalah kewajiban untuk menjaga industri sepak bola di Indonesia. Jika hanya ada satu atau dua klub yang mengalami krisis, LIGA bisa saja menyatakan klub itu tidak layak kompetisi. Namun, kondisi saat ini, banyak klub yang mengalami krisi tersebut.
CEO PT Liga Indonesia, Joko Driyono mengatakan, semua orang harus mempunyai pemahaman dan analisis komprehensif tentang masalah ini.
"Semua orang memojokkan klub, dan itu tidak bijak. Kita harus menyadari bahwa kondisi yang dialami klub saat ini, dengan melihat kondisi sepakbola yang ada di Indonesia sekarang," tutur Djoko Driyono.
Joko menambahkan, tunggakan gaji yang dilakukan oleh klub kepada para pemainnya itu, bukan lantaran klub mengabaikan para pemain atau ingin menggugurkan kewajibannya untuk membayar gaji.
"Yang paling penting adalah kontrak para pemain itu dilindungi, dan langkah yang paling kongkrit adalah bagaimana mencari untuk membayar gaji para pemain tersebut," katanya.
Anggaran yang digunakan untuk membayar itu berasal dari subsidi klub. Karena itu, Joko memastikan bahwa tidak akan ada pemotongan terhadap hak pemain, hanya pemain harus bersabar karena proses pembayaran tidak bisa langsung.
Adanya pembayaran gaji tersebut mendapatkan apresiasi dari pelatih PSPS, Mundari Karya. Hal ini tak pelak, menjadi suntikan moril tersendiri bagi timnya dalam melakoni kompetisi ISL. Pasalnya, kendala ini memang cukup berpengaruh kepada penampilan PSPS selama ini.
"Untuk PSPS, pelunasan tunggakan gaji dijanjikan akan dilunasi lewat lima tahap pembayaran," kata Mundari.
Hal serupa juga diutarakan oleh Zaenal Arief, mantan pemain PSPS musim lalu, yang kini sudah pindah ke klub Persepam Madura United. "Memang belum lunas semua. Tapi Alhamdulillah saya syukuri, ada itikad baik dari Liga sebagai pengelola kompetisi, yang mau mengambil alih masalah ini. Semoga lancar hingga lunas semua," ujarnya, saat dihubungi ligaindonesia.co.id, kamis(17/1). (ligaindonesia.co.id)
Sebelum melakukan tindakan konkrit, seperti yang telah dilakukan terhadap klub PSPS Pekanbaru, Liga terlebih dulu melakukan verifikasi terhadap data klub ISL yang memiliki tunggakan dengan cara mengkroscek kepada pemain maupun ofisial yang bersangkutan.
"Tentu saja kami tidak bisa selesaikan semuanya dalam sekali pembayaran. Butuh proses panjang. Nah, kami sudah mulai pembayaran, pertama adalah PSPS dan diikuti dengan tiga klub lainnya yaitu PSAP, Persiwa serta Deltras," kata Tigorshalom Boboy, Sekretaris Liga, Kamis (17/1).
Setelah proses verifikasi selesai maka tahap pembayaran bertahap pun dilakukan oleh Liga. Hal ini dilakukan dengan cara mentransfer langsung kepada pemain ataupun ofisial yang tertunda haknya.
Hingga hari ini (17/01), Liga telah melakukan pembayaran gaji kepada empat klub, yakni PSPS, PSAP, Deltras dan Persiwa. Rata-rata pembayaran awal yang telah terealisasi adalah sepuluh persen dari total komitmen yang dahulu disetujui kedua belah pihak.
Apa yang dilakukan oleh Liga adalah kewajiban untuk menjaga industri sepak bola di Indonesia. Jika hanya ada satu atau dua klub yang mengalami krisis, LIGA bisa saja menyatakan klub itu tidak layak kompetisi. Namun, kondisi saat ini, banyak klub yang mengalami krisi tersebut.
CEO PT Liga Indonesia, Joko Driyono mengatakan, semua orang harus mempunyai pemahaman dan analisis komprehensif tentang masalah ini.
"Semua orang memojokkan klub, dan itu tidak bijak. Kita harus menyadari bahwa kondisi yang dialami klub saat ini, dengan melihat kondisi sepakbola yang ada di Indonesia sekarang," tutur Djoko Driyono.
Joko menambahkan, tunggakan gaji yang dilakukan oleh klub kepada para pemainnya itu, bukan lantaran klub mengabaikan para pemain atau ingin menggugurkan kewajibannya untuk membayar gaji.
"Yang paling penting adalah kontrak para pemain itu dilindungi, dan langkah yang paling kongkrit adalah bagaimana mencari untuk membayar gaji para pemain tersebut," katanya.
Anggaran yang digunakan untuk membayar itu berasal dari subsidi klub. Karena itu, Joko memastikan bahwa tidak akan ada pemotongan terhadap hak pemain, hanya pemain harus bersabar karena proses pembayaran tidak bisa langsung.
Adanya pembayaran gaji tersebut mendapatkan apresiasi dari pelatih PSPS, Mundari Karya. Hal ini tak pelak, menjadi suntikan moril tersendiri bagi timnya dalam melakoni kompetisi ISL. Pasalnya, kendala ini memang cukup berpengaruh kepada penampilan PSPS selama ini.
"Untuk PSPS, pelunasan tunggakan gaji dijanjikan akan dilunasi lewat lima tahap pembayaran," kata Mundari.
Hal serupa juga diutarakan oleh Zaenal Arief, mantan pemain PSPS musim lalu, yang kini sudah pindah ke klub Persepam Madura United. "Memang belum lunas semua. Tapi Alhamdulillah saya syukuri, ada itikad baik dari Liga sebagai pengelola kompetisi, yang mau mengambil alih masalah ini. Semoga lancar hingga lunas semua," ujarnya, saat dihubungi ligaindonesia.co.id, kamis(17/1). (ligaindonesia.co.id)