One Unity for Indonesia - @MediaSepakbola
Sebenarnya banyak harapan tentang dapatnya Sepakbola dijadikan sebagai
alat pemersatu bangsa, karena bahwa tidak dapat dipungkiri dalam
kenyataanya sepakbola merupakan olahraga yang paling banyak digemari
oleh masyakarat di seluruh dunia.
Bahkan suatu klub di daratan Eropa seperti MU, Liverpool, Inter Milan, AC Milan, Barcelona melalui popularitas dan reputasi prestasinya dapat menambah ribuan penggemar baru secara periodic di berbagai belahan dunia.
Pentas Piala Asia 2007, Piala AFF 2010, dan SEA Games 2011 yang dihelat di Jakarta mampu menunjukkan kepada publik bahwa “Demi Indonesia” beragam lapisan masyarakat dan berbagai kelompok supporter bersatu padu menyanyi lantang hymne lagu kebangsaan Indonesia Raya secara serempak dan lantang di Stadion GBK Senayan.
Saat itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan seluruh lapisan masyarakat Indonesia mengacungi dua jempol untuk semarak antusiasme penonton dan supporter Indonesia dalam mensukseskan Gelaran Piala Asia 2007, Piala AFF 2010 dan SEA Games 2011.
Tapi sayang moment spirit positif tersebut tidak dapat dijaga dengan baik oleh para stakeholder sepakbola Indonesia. Secara perlahan spirit positif mulai luntur dengan adanya energy negative yang ditimbulkan dari perasaan kecewa dari prestasi timnas dan bobroknya manajemen kompetisi sepakbola di Indonesia.
Kerusuhan & Crowd Kerusuhan atau huru-hara terjadi kala sekelompok orang berkumpul bersama untuk melakukan tindak kekerasan, biasanya sebagai tindak balas terhadap perlakuan yang dianggap tidak adil ataupun sebagai upaya penentangan terhadap sesuatu.
Sedangkan Crowd adalah sekelompok individu yang berkumpul tanpa memperdulikan kebangsaan, profesi, dan jenis kelamin, melainkan memperjuangkan peluang/ nilai yang membawa mereka bersama.
Dalam hal sepakbola, Aktif Crowd atau sering disebut Mob secara stimulus sering dipicu oleh perilaku pemain idolanya yang bertindak provokatif, keadaan kecewa karena merasa diperlakukan tidak adil atau dicurangi oleh pihak lawan atau provokasi dan perintah langsung dari coordinator/ tokoh supporter di sekitarnya.
Dan parahnya hal tersebut makin dibumbui oleh berita media massa yang sangat gemar sekali menampilkan “headline” nya dengan gambar dan berita kerusuhan supporter.
Pada 12 Juli 2000, dalam diskusi supporter nasional, muncul deklarasi Hari Suporter Nasional yang jatuh pada tanggal tersebut.
Dipicu dengan peristiwa tersebut, dengan diprakarsai Tabloid Bola, dan didukung oleh PSSI serta Sponsor pada tanggal 14 Agustus 2001, Asosiasi Suporter Sepakbola Indonesia (ASSI) dideklarasikan untuk pertama kalinya di Gedung YTKI Jakarta.
Salah satu produsen rokok nasional sponsor utama Piala Indonesia dengan bekerjasama dengan PSSI dan Media, pada tahun 2006 (Cipanas – Puncak) dan 2007 (Bali) mengumpulkan 130 tokoh dari 65 kelompok supporter yang ada di Indonesia untuk mengadakan Jambore Suporter Indonesia. Tapi sayang dari 3 kegiatan tersebut diatas, hanya sejedar diisi jargon, diskusi dan retorika belaka.
Hasil dari diskusi dan pembahasan yang telah disusun dengan baik dan rapi oleh para panitia tidak mampu ditularkan secara baik ke lapisan grass root masing-masing supporter.
Acara deklarasi damai yang dicetuskan hanya sekedar seremonial belaka yang manis di bibir dan sangat minim pelaksanaanya.
Peristiwa bencana alam yang melanda Aceh, Jakarta, Wasior, Merapi dan Mentawai, telah membuka mata dan hati kita tentang nyatanya dan nikmatnya jalinan persaudaraan di kalangan masyarakat Indonesia.
Meskipun kecaman tentang lambatnya bantuan dan respon dari Pemerintah atas bencana di daerah tersebut, nyatanya masyarakat Indonesia lebih mengikuti nurani kemanusiaan nya untuk saling bahu membahu memberikan bantuan ke Aceh, Jakarta, Wasior, Merapi dan Mentawai.
Pasoepati Jakarta, La Viola, Lanus Jabodetabek, dan beberapa komunitas suporter bahkan telah mengadakan acara spontan dengan visi yang sangat positif yaitu kepedulian supporter untuk menggalang dana terhadap korban bencana alam yang melanda Jabodetabek akhir-akhir ini.
Tindakan positif dari Pasoepati, La Viola, Lanus dan suporter lainnya tersebut, bahkan juga telah dilakukan beberapa kelompok supporter di daerah dan kota di Indonesia. Tapi sayang peristiwa positif tersebut tidak mampu mendobrak animo kalangan media untuk menayangkannya di dalam rubrik beritanya masing-masing.
Sudah bosan rasanya dengan jargon perdamaian antar supporter yang sering di teriakkan oleh banyak kalangan, tapi ternyata tidak dapat diserap dengan baik oleh kalangan grass root supporter.
Saat ini yang kita butuhkan adalah adanya dukungan pada fans club supporter dari para sponsor, klub, keamanan dan media untuk memacu gerakan yang nyata dan positif di kalangan grass root supporter.
Beberapa hal berikut dapat dijadikan pertimbangan mengenai adanya “Supporter Peduli”, yaitu :
Bahkan suatu klub di daratan Eropa seperti MU, Liverpool, Inter Milan, AC Milan, Barcelona melalui popularitas dan reputasi prestasinya dapat menambah ribuan penggemar baru secara periodic di berbagai belahan dunia.
Pentas Piala Asia 2007, Piala AFF 2010, dan SEA Games 2011 yang dihelat di Jakarta mampu menunjukkan kepada publik bahwa “Demi Indonesia” beragam lapisan masyarakat dan berbagai kelompok supporter bersatu padu menyanyi lantang hymne lagu kebangsaan Indonesia Raya secara serempak dan lantang di Stadion GBK Senayan.
Saat itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan seluruh lapisan masyarakat Indonesia mengacungi dua jempol untuk semarak antusiasme penonton dan supporter Indonesia dalam mensukseskan Gelaran Piala Asia 2007, Piala AFF 2010 dan SEA Games 2011.
Tapi sayang moment spirit positif tersebut tidak dapat dijaga dengan baik oleh para stakeholder sepakbola Indonesia. Secara perlahan spirit positif mulai luntur dengan adanya energy negative yang ditimbulkan dari perasaan kecewa dari prestasi timnas dan bobroknya manajemen kompetisi sepakbola di Indonesia.
Kerusuhan & Crowd Kerusuhan atau huru-hara terjadi kala sekelompok orang berkumpul bersama untuk melakukan tindak kekerasan, biasanya sebagai tindak balas terhadap perlakuan yang dianggap tidak adil ataupun sebagai upaya penentangan terhadap sesuatu.
Sedangkan Crowd adalah sekelompok individu yang berkumpul tanpa memperdulikan kebangsaan, profesi, dan jenis kelamin, melainkan memperjuangkan peluang/ nilai yang membawa mereka bersama.
Dalam hal sepakbola, Aktif Crowd atau sering disebut Mob secara stimulus sering dipicu oleh perilaku pemain idolanya yang bertindak provokatif, keadaan kecewa karena merasa diperlakukan tidak adil atau dicurangi oleh pihak lawan atau provokasi dan perintah langsung dari coordinator/ tokoh supporter di sekitarnya.
Dan parahnya hal tersebut makin dibumbui oleh berita media massa yang sangat gemar sekali menampilkan “headline” nya dengan gambar dan berita kerusuhan supporter.
Pada 12 Juli 2000, dalam diskusi supporter nasional, muncul deklarasi Hari Suporter Nasional yang jatuh pada tanggal tersebut.
Dipicu dengan peristiwa tersebut, dengan diprakarsai Tabloid Bola, dan didukung oleh PSSI serta Sponsor pada tanggal 14 Agustus 2001, Asosiasi Suporter Sepakbola Indonesia (ASSI) dideklarasikan untuk pertama kalinya di Gedung YTKI Jakarta.
Salah satu produsen rokok nasional sponsor utama Piala Indonesia dengan bekerjasama dengan PSSI dan Media, pada tahun 2006 (Cipanas – Puncak) dan 2007 (Bali) mengumpulkan 130 tokoh dari 65 kelompok supporter yang ada di Indonesia untuk mengadakan Jambore Suporter Indonesia. Tapi sayang dari 3 kegiatan tersebut diatas, hanya sejedar diisi jargon, diskusi dan retorika belaka.
Hasil dari diskusi dan pembahasan yang telah disusun dengan baik dan rapi oleh para panitia tidak mampu ditularkan secara baik ke lapisan grass root masing-masing supporter.
Acara deklarasi damai yang dicetuskan hanya sekedar seremonial belaka yang manis di bibir dan sangat minim pelaksanaanya.
Peristiwa bencana alam yang melanda Aceh, Jakarta, Wasior, Merapi dan Mentawai, telah membuka mata dan hati kita tentang nyatanya dan nikmatnya jalinan persaudaraan di kalangan masyarakat Indonesia.
Meskipun kecaman tentang lambatnya bantuan dan respon dari Pemerintah atas bencana di daerah tersebut, nyatanya masyarakat Indonesia lebih mengikuti nurani kemanusiaan nya untuk saling bahu membahu memberikan bantuan ke Aceh, Jakarta, Wasior, Merapi dan Mentawai.
Pasoepati Jakarta, La Viola, Lanus Jabodetabek, dan beberapa komunitas suporter bahkan telah mengadakan acara spontan dengan visi yang sangat positif yaitu kepedulian supporter untuk menggalang dana terhadap korban bencana alam yang melanda Jabodetabek akhir-akhir ini.
Tindakan positif dari Pasoepati, La Viola, Lanus dan suporter lainnya tersebut, bahkan juga telah dilakukan beberapa kelompok supporter di daerah dan kota di Indonesia. Tapi sayang peristiwa positif tersebut tidak mampu mendobrak animo kalangan media untuk menayangkannya di dalam rubrik beritanya masing-masing.
Sudah bosan rasanya dengan jargon perdamaian antar supporter yang sering di teriakkan oleh banyak kalangan, tapi ternyata tidak dapat diserap dengan baik oleh kalangan grass root supporter.
Saat ini yang kita butuhkan adalah adanya dukungan pada fans club supporter dari para sponsor, klub, keamanan dan media untuk memacu gerakan yang nyata dan positif di kalangan grass root supporter.
Beberapa hal berikut dapat dijadikan pertimbangan mengenai adanya “Supporter Peduli”, yaitu :
- Tindakan dan acara tersebut tidak harus berbiaya besar dengan seremonial yang mewah, tetapi pesannya harus mengena di hati dan nyata di mind set para supporter. Contoh dilakukannya bhakti sosial ke panti asuhan, acara keagamaan, penggalangan dana korban bencana alam, bersih-bersih stadion, penanaman pohon dan donor darah.
- Kegiatan tersebut sebaiknya dilakukan secara periodik untuk jangka waktu tertentu agar spirit kebersamaan dan persahabatan antar supporter tidak mudah dilupakan di kalangan peserta.
- Kegiatan juga hendaknya tidak hanya tersentralisasi di Jakarta saja, tetapi dapat dilakukan secara massif di berbagai daerah dan kota di Indonesia.
- Dalam kegiatan tersebut, para supporter yang hadir wajib bersedia menanggalkan ego dan gengsi kelompoknya dengan melepas kaos dan syal dengan memakai kaos merah putih sebagai symbol kebersamaan dan melebur dalam kesatuan merah putih Indonesia.
- Dalam salah satu agenda acara tersebut, dapat diselipkan secara bertahap diskusi atau info tentang peraturan sepakbola terkini dan aturan-aturan FIFA serta PSSI yang terkait dengan supporter sepakbola.
- Kalangan supporter berusia muda dengan usia < 15 tahun perlu di sertakan dalam acara tersebut agar doktrin permusuhan kepada kelompok supporter lawan yang telah ditularkan oleh para seniornya dapat dikikis secara perlahan dari benaknya masing-masing.
- Dukungan dari media cetak, internet, radio dan televisi sangat diperlukan untuk menyebarluaskan pesan dan energy positif ke berbagai kalangan supporter di Indonesia.
- Keterlibatan dan kehadiran kalangan pemain nasional dan public figure untuk dapat berperan sebagai duta dan contoh positif dari setiap acara yang akan diselenggarakan.
- Penekanan mind set bahwa “Demi Indonesia” kita semua akan berubah kearah yang lebih baik, perlu ditanamkan dalam setiap acara supporter tersebut. Karena hal tersebut merupakan pondasi utama dari terciptanya hasil positif yang akan diharapkan.
Konsep diatas agar dapat berjalan dengan baik, sebaiknya didukung oleh peran pihak keamanan yang dapat menciptakan dan menerapkan standard operation yang baik agar dapat membedakan antara supporter resmi yang berniat menonton sepakbola dengan baik dan perusuh serta preman yang berkedok supporter sepakbola.
Satu hal lagi yang tak kalah pentingnya adalah contoh nyata dari para pejabat Pengurus PSSI yang terhormat untuk dapat bertindak professional sesuai peraturan FIFA, etika fair play sepakbola yang berlaku secara Internasional dan tata kelola kompetisi yang baik dan benar.
Semua itu sangat penting agar dapat memicu suasana kondusif dan persahabatan di antara supporter nasional yang pada akhirnya bermuara dengan hasil bahwa sepakbola dapat menjadi ajang pemersatu bangsa.
SEMOGA.
@mediasepakbola
Panji Kartiko
Warga Sepakbola Indonesia