Pembagian grup Divisi Utama Liga Indonesia 2014 menempatkan PSS
Sleman dan PSIM Yogyakarta dalam satu grup, Grup 5. Tak pelak,
kekhawatiran pun muncul menyangkut gesekan antarsuporter dan suasana
panas di lapangan.
Namun, tak demikian dengan Pelatih PSS Sartono Anwar.Ia justru melihat ini kesempatan kedua tim untuk saling berbagi.
“Karena bersama-sama dari Yogyakarta, kami bisa saling tukar informasi soal peta kekuatan lawan. Kalau semacam ini kan justru sangat positif,” kata Sartono.
Sartono juga mengingatkan, substansi olahraga adalah menjalin persaudaraan melalui tindakan-tindakan sportif.
“Olahraga itu kan untuk menambah saudara. Jadi tidak perlu dikhawatirkan timbul gesekan. Kami harus berpikir positif, jangan malah menduga yang macam-macam.”
Hal yang sama juga diutarakan Direktur Utama PT Putra Insan Mandiri Dwi Irianto, seiring berjalannya waktu, para pendukung pasti akan semakin dewasa. “Tidak perlu risau dengan rivalitas selama ini. Kami harus berasumsi, mereka (para pendukung) pasti akan semakin dewasa.”
Apalagi Dwi juga melihat, selama ini para pemain sering sering berpindah di antara kedua klub. Ambil contoh, Topas Pamungkas. Setelah memperkuat PSIM pernah memperkuat PSS dan sekarang kembali ke PSIM.
Pelatih Seto Nurdiyantoro dan gelandang serang Fajar Listiyantara sang adik yang kini bersama PSIM, sebelumnya juga pernah bersama PSS.
Karena itu kubu PSS dan PSIM tidak terlalu merisaukan soal keberadaan kedua klub ini dalam satu grup yang sama. (sporta)
Namun, tak demikian dengan Pelatih PSS Sartono Anwar.Ia justru melihat ini kesempatan kedua tim untuk saling berbagi.
“Karena bersama-sama dari Yogyakarta, kami bisa saling tukar informasi soal peta kekuatan lawan. Kalau semacam ini kan justru sangat positif,” kata Sartono.
Sartono juga mengingatkan, substansi olahraga adalah menjalin persaudaraan melalui tindakan-tindakan sportif.
“Olahraga itu kan untuk menambah saudara. Jadi tidak perlu dikhawatirkan timbul gesekan. Kami harus berpikir positif, jangan malah menduga yang macam-macam.”
Hal yang sama juga diutarakan Direktur Utama PT Putra Insan Mandiri Dwi Irianto, seiring berjalannya waktu, para pendukung pasti akan semakin dewasa. “Tidak perlu risau dengan rivalitas selama ini. Kami harus berasumsi, mereka (para pendukung) pasti akan semakin dewasa.”
Apalagi Dwi juga melihat, selama ini para pemain sering sering berpindah di antara kedua klub. Ambil contoh, Topas Pamungkas. Setelah memperkuat PSIM pernah memperkuat PSS dan sekarang kembali ke PSIM.
Pelatih Seto Nurdiyantoro dan gelandang serang Fajar Listiyantara sang adik yang kini bersama PSIM, sebelumnya juga pernah bersama PSS.
Karena itu kubu PSS dan PSIM tidak terlalu merisaukan soal keberadaan kedua klub ini dalam satu grup yang sama. (sporta)