Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh lembaga Save Our
Soccer Indonesia, ditemukan bahwa sepakbola menjadi sebuah alat untuk
kepentingan politik suatu kelompok.
“Di Indonesia sepakbola bukan hanya menjadi lahan untuk kepentingan
bisnis, tetapi juga untuk politik. Waktu itu diwacanakan revolusi PSSI
yang salah satu unsurnya adalah pengurus PSSI tidak dari pengurus partai
politik. Tetapi yang menarik manajer timnas saat ini adalah masih
bupati aktif di Papua,” ujar Inisiator Save Our Soccer, Apung Widadi
dalam acara Mata Najwa episode Mafia Bola di salah satu televisi swasta,
Rabu (30/1/2013).
Berkaca pada penunjukan manajer timnas Pra Piala Asia 2015 itu, Apung
Widadi menilai, PSSI periode kepengurusan sebelumnya, dengan
kepengurusan sekarang tidak berubah di dalam konteks aktor politik di
sepakbola.
“Sangat menguntungkan jika ada kepala daerah merangkap jabatan
sebagai pengurus klub. Sebab mereka bisa mendapatkan dana bantuan untuk
membiayai klub tersebut,” katanya.
Bahkan penentuan klub juara di kompetisi Liga Indonesia momentumnya sesuai dengan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah.
“Juara itu bisa dibeli oleh siapapun, momentumnya bisa dijelaskan.
Dari beberapa testimoni mengaku bahwa juara liga pada saat itu
bertepatan dengan momentum pilkada di suatu daerah,” tuturnya. (bolaindo)