Persikabo Kabupaten Bogor harus mengubur ambisinya berlaga di
kompetisi Indonesia Super League (ISL) musim depan. Manajemen Laskar
Pajajaran pun meminta maaf maaf atas kegagalan tersebut.
"Meski di
Solo tidak banyak warga Bogor, tapi sampaikan permintaan maaf kami
kepada warga Bogor dan sekitarnya atas kegagalan ini. Kami belum bisa
menjawab kepercayaan mereka," jelas asisten manajer Persikabo, Harto
Budi sebelum meninggalkan hotel penginapan di Solo, Senin (23/9).
Jika
pada 2006 silam, Persikabo yang saat itu dibesut Deny Syamsudin
menjadikan Kota Solo sebagai kota bersahabat setelah tim itu promosi
dari Divisi Satu ke Divisi Utama, maka tujuh tahun berselang, kota ini
sudah menjadi tempat tak bersahabat. Digdaya selama
penyisihan grup sampai dengan babak 12 besar Divisi Utama, Persikabo tak
berdaya saat melakoni empat besar yang berlangsung di Stadion Manahan
Solo.
Takluk 1-4 atas Persebaya Surabaya di semifinal, kalah 2-6
dari Persik Kediri saat perebutan tempat ketiga dan terakhir harus
mengakui ketangguhan Pelita Bandung Raya (PBR), 1-2, di playoff (22/9),
menjadi hasil yang harus didapat Alejandro Tobar cs. "Penampilan kami
memang menurun saat di empat besar. Ada saja permasalahan internal di
tim ini," sambung sang pelatih, Deny Syamsudin.
Sementara itu
playmaker, Alejandro Tobar tak mengakui belum dibayarnya gaji menjadi
salah satu problem yang dialami pemain-pemain Persikabo. Meski begitu,
sebagai salah satu pemain senior, Tobar selalu meyakinkan rekan-rekannya
untuk terus berjuang. "Ada-lah satu dua bulan gaji tersendat," tandas
eks Persiku Kudus itu. (KAR) (suaramerdeka.com)

