Tim Laskar Mataram PSIM Yogyakarta berharap satu grup dengan
klub-klub dari Pulau Jawa di Kompetisi Divisi Utama 2014. Persoalan
keterbatasan dana menjadi penyebabnya.
“Tim dari Jawa kan cukup banyak yang lolos. Semoga musim ini kami satu grup dengan mereka. Kalau sampai ke luar (Jawa) tentu harus dipertimbangkan lagi masalah kesiapan dana,” ujar Sekretaris PSIM Jarot Sri Kastowo.
Manajemen PSIM melalui PT Putra Insan Mandiri (PIM) mengalokasikan dana sekitar Rp3,5 miliar. Dan dana itu sebagian besar telah dipakai untuk kontrak pemain.
Hingga hari ini, Kamis (13/3),PSIM masih kesulitan soal mes pemain. Wisma PSSI Soeratin Sosrosoegondo yang dulunya bekas wisma PSIM dan kini telah direnovasi Kemenpora, belum sepenuhnya dapat digunakan PSIM.
Para pemain asli Yogyakarta masih disarankan tinggal di rumah masing-masing. Sedangkan yang di luar Yogyakarta seperti Engkus Kuswaha, Eko Budi Santoso, Eko Pujiyanto dan beberapa pemain lainnya menempati ruang bawah gedung mewah berlantai dua yang terletak hanya bersebelahan pagar dengan Stadion Mandala Krida.
Tim-tim yang diharapkan PSIM bisa bergabung dalam satu grup adalah PSS Sleman, Persis Solo, PSMS Magelang, PSCS Cilacap atau Persenga Nganjuk, dan Persinga Ngawi.
Ketika ditanya soal rivalitas yang tinggi antar klub yang berdekatan secara geografis bahkan sering menimbulkan gesekan antarsuporter hingga ke arah tindakan kriminal, Direktur PT PIM Dwi Irianto mengatakan bahwa justru akan menjadi sarana pendewasaan suporter.
“Memang selama ini ada gesekan dengan beberapa klub tetangga. Tetapi justru ini harus dilihat sebagai ajng pendewasaan suporter. Karena jika tidak maka konsekuensinya justru tidak baik bagi pengembangan sepakbola di wilayah tersebut. Pendukung juga tidak menyaksikan tim kesayangannya berlaga,” ujar Dwi. (sporta)
“Tim dari Jawa kan cukup banyak yang lolos. Semoga musim ini kami satu grup dengan mereka. Kalau sampai ke luar (Jawa) tentu harus dipertimbangkan lagi masalah kesiapan dana,” ujar Sekretaris PSIM Jarot Sri Kastowo.
Manajemen PSIM melalui PT Putra Insan Mandiri (PIM) mengalokasikan dana sekitar Rp3,5 miliar. Dan dana itu sebagian besar telah dipakai untuk kontrak pemain.
Hingga hari ini, Kamis (13/3),PSIM masih kesulitan soal mes pemain. Wisma PSSI Soeratin Sosrosoegondo yang dulunya bekas wisma PSIM dan kini telah direnovasi Kemenpora, belum sepenuhnya dapat digunakan PSIM.
Para pemain asli Yogyakarta masih disarankan tinggal di rumah masing-masing. Sedangkan yang di luar Yogyakarta seperti Engkus Kuswaha, Eko Budi Santoso, Eko Pujiyanto dan beberapa pemain lainnya menempati ruang bawah gedung mewah berlantai dua yang terletak hanya bersebelahan pagar dengan Stadion Mandala Krida.
Tim-tim yang diharapkan PSIM bisa bergabung dalam satu grup adalah PSS Sleman, Persis Solo, PSMS Magelang, PSCS Cilacap atau Persenga Nganjuk, dan Persinga Ngawi.
Ketika ditanya soal rivalitas yang tinggi antar klub yang berdekatan secara geografis bahkan sering menimbulkan gesekan antarsuporter hingga ke arah tindakan kriminal, Direktur PT PIM Dwi Irianto mengatakan bahwa justru akan menjadi sarana pendewasaan suporter.
“Memang selama ini ada gesekan dengan beberapa klub tetangga. Tetapi justru ini harus dilihat sebagai ajng pendewasaan suporter. Karena jika tidak maka konsekuensinya justru tidak baik bagi pengembangan sepakbola di wilayah tersebut. Pendukung juga tidak menyaksikan tim kesayangannya berlaga,” ujar Dwi. (sporta)