PSMS PT Liga diliputi ketidakpastian jelang pertandingan kontra PS Bengkulu dan PS Bangka.
Kondisi pelik dialami skuat PSMS Divisi Utama PT Liga. Jelang
keberangkatan tim, Minggu (2/6), untuk menuntaskan dua laga tandang
sekaligus pamungkas putaran kedua di grup I, melawan PS Bengkulu (4/6)
dan PS Bangka (9/6), masih di ambang ketidakpastian.
Ini terjadi, setelah pertemuan pemain, ofisial tim dan pengurus mengalami deadlock dan hingga Sabtu sore keberangkatan tim masih dikembalikan ke pengurus. Pertemuan yang digelar di mess PSMS Lantai II itu malah harus diwarnai tegang urat syaraf, penuh amarah dan keluarnya sumpah serapah kepada pengurus yang tak jelas juntrungannya hingga musim yang segera berakhir. Mirisnya, pertemuan dadakan yang digelar untuk memastikan keberangkatan tim ini malah tidak dihadiri CEO baru PSMS, manajer yang sudah mengklaim akan bertanggung jawab dalam pendanaan tim selama putaran kedua.
Ketua umum PSMS PT Liga Indra Sakti Harahap yang dinanti kehadirannya tidak menampakkan wajahnya di hadapan pemain yang ingin kepastian soal pembayaran hak. Indra Sakti malah mengutus wakil sekretaris umum
(wasekum), Yusrizal, untuk menemui ofisial dan skuat PSMS. Di hadapan pemain yang duduk berjejer di lantai, Rizal mengatakan dirinya diutus Indra Sakti untuk meng-handle tiket dan akomodasi selama dua laga tandang.
Dana senilai Rp100 juta, menurut Rizal, baru didapat Sabtu untuk keperluan keberangkatan, namun soal pembayaran hak pemain di luar ranahnya.
Rizal yang awalnya tidak tahu kondisi tim sempat menyalahkan skuat PSMS yang menolak berangkat karena gaji belum dibayar. Rizal juga meminta pemain dan ofisial membuat surat dan tanda tangan bahwa pemainlah yang tidak mau berangkat dengan kondisi ini. Hal ini memicu amarah asisten pelatih Coli Misrun. Coli nyaris beradu fisik dengan Rizal.
“Jangan salahkan anak-anak, jangan kambinghitamkan anak-anak. Kami sudah terlalu sabar ya,” ujar asisten pelatih yang belum sekalipun menerima gaji sejak pembentukan tim sambil dipegangi rekan dan pemain. Coli yang sudah dalam emosi tinggi akhirnya memilih keluar.
Setelah itu situasi tidak juga mereda, Rizal yang merasa terpojok akhirnya baru memahami kondisi riil tim. Setelah pelatih kepala, Suharto AD menjabarkan satu persatu persoalan tim. Mulai gaji, janji-janji, keperluan tim yang disediakan ofisial, makan, minum dan lainnya.
“Saya sungguh tidak tahu kondisi di awal tadi. Makanya saya ralatlah pernyataan saya tadi. Saya di utus kemari sebatas meng-handle keberangkatan tiket dan akomodasi. Hak yang dituntut pemain sangat wajar. Tapi kalau yang berjanji untuk pembayaran gaji itu bukan kapasitas saya. Kalau keberangkatan Insya Allah bisa. Yang untuk pemenuhan gaji dari saya itu tidak bisa saya putuskan, karena saya bukan ketua umum. Saya tidak sampai berpikir skenario kambing hitamkan pemain dan pelatih. Karena, kami ambil langkah-langkah untuk menghindari sanksi PSSI kalau tim tidak berangkat,” ungkapnya kepada GOAL.com Indonesia.
Indra Sakti sendiri akhirnya bicara dengan pemain via telepon Suharto AD. Dengan pengeras suara di handphone, Indra bicara dengan kapten tim Hardiantono. Indra Sakti memastikan tidak punya uang, dia mengklaim
sudah berusaha mencari kemana-mana untuk biaya pembiayaan tim dan tidak bisa memaksakan keberangkatan tim. Hardiantono tak lama menanggapi suara Indra Sakti yang terus berkilah tentang sudah berusaha mencari dana.
“Apa yang sudah bapak lakukan. Mana usaha bapak, jadi jangan kambinghitamkan kami pemain. Berarti memang pengurus yang enggak mau kami berangkat, bukan pemain. Sudahlah ya Pak,” ungkapnya sambil menjauh dari telepon tersebut.
Hardiantono kepada media yang hadir di pertemuan tersebut menjelaskan, pemain sejauh ini masih komitmen untuk menang, bertanding dan membawa PSMS lolos dari fase grup, karena peluang itu masih terbuka lebar.
Sejatinya, pemain tak banyak permintaan. Sudah banyak janji yang diingkari.
“Paling enggak hanya satu bulan gaji saja. Ini kan sudah mau habis kompetisi. Setelah dua laga away habis babak grup menunggu lanjutan. Kalau tidak jelas juga pembayaran bagaimana. Kami mau kok selama ini bermain walau gaji enggak dibayar, menang bahkan di dua away sebelumnya [Persisko, Persih] dan menang atas PSAP di Teladan. Semua berjalan maksimal di lapangan. Kali ini, kami hanya minta sementara satu bulan gaji dari beberapa bulan gaji yang belum dibayar. Itu saja dulu, tadi dari pembicaraan dengan ketua umum enggak jelas soal itu. Ya bagusan di rumah cari kerjaan daripada dibohongin pengurus terus. Kalau mau serius ayo sama-sama berusaha, jangan pemain saja yang terus disuruh mengerti dan berusaha di lapangan. Jadi kami serahkan ke pengurus bagaimananya,” beber mantan kapten PON Sumut ini.
Suharto AD menambahkan, tim pelatih tak ada sekalipun mempengaruhi pemain untuk tidak berangkat.
“Semua sudah siap untuk berangkat, saya sudah siapkan 19 pemain yang akan berangkat. Kami tidak provokasi pemain untuk tidak berangkat. Semua masih sepakat untuk tetap meloloskan tim ini ke 12 besar, persoalannya kalau kami saja yang semangat untuk lolos dan pengurus serta manajemen tidak, susah,” pungkasnya. (goal.com)
Ini terjadi, setelah pertemuan pemain, ofisial tim dan pengurus mengalami deadlock dan hingga Sabtu sore keberangkatan tim masih dikembalikan ke pengurus. Pertemuan yang digelar di mess PSMS Lantai II itu malah harus diwarnai tegang urat syaraf, penuh amarah dan keluarnya sumpah serapah kepada pengurus yang tak jelas juntrungannya hingga musim yang segera berakhir. Mirisnya, pertemuan dadakan yang digelar untuk memastikan keberangkatan tim ini malah tidak dihadiri CEO baru PSMS, manajer yang sudah mengklaim akan bertanggung jawab dalam pendanaan tim selama putaran kedua.
Ketua umum PSMS PT Liga Indra Sakti Harahap yang dinanti kehadirannya tidak menampakkan wajahnya di hadapan pemain yang ingin kepastian soal pembayaran hak. Indra Sakti malah mengutus wakil sekretaris umum
(wasekum), Yusrizal, untuk menemui ofisial dan skuat PSMS. Di hadapan pemain yang duduk berjejer di lantai, Rizal mengatakan dirinya diutus Indra Sakti untuk meng-handle tiket dan akomodasi selama dua laga tandang.
Dana senilai Rp100 juta, menurut Rizal, baru didapat Sabtu untuk keperluan keberangkatan, namun soal pembayaran hak pemain di luar ranahnya.
Rizal yang awalnya tidak tahu kondisi tim sempat menyalahkan skuat PSMS yang menolak berangkat karena gaji belum dibayar. Rizal juga meminta pemain dan ofisial membuat surat dan tanda tangan bahwa pemainlah yang tidak mau berangkat dengan kondisi ini. Hal ini memicu amarah asisten pelatih Coli Misrun. Coli nyaris beradu fisik dengan Rizal.
“Jangan salahkan anak-anak, jangan kambinghitamkan anak-anak. Kami sudah terlalu sabar ya,” ujar asisten pelatih yang belum sekalipun menerima gaji sejak pembentukan tim sambil dipegangi rekan dan pemain. Coli yang sudah dalam emosi tinggi akhirnya memilih keluar.
Setelah itu situasi tidak juga mereda, Rizal yang merasa terpojok akhirnya baru memahami kondisi riil tim. Setelah pelatih kepala, Suharto AD menjabarkan satu persatu persoalan tim. Mulai gaji, janji-janji, keperluan tim yang disediakan ofisial, makan, minum dan lainnya.
“Saya sungguh tidak tahu kondisi di awal tadi. Makanya saya ralatlah pernyataan saya tadi. Saya di utus kemari sebatas meng-handle keberangkatan tiket dan akomodasi. Hak yang dituntut pemain sangat wajar. Tapi kalau yang berjanji untuk pembayaran gaji itu bukan kapasitas saya. Kalau keberangkatan Insya Allah bisa. Yang untuk pemenuhan gaji dari saya itu tidak bisa saya putuskan, karena saya bukan ketua umum. Saya tidak sampai berpikir skenario kambing hitamkan pemain dan pelatih. Karena, kami ambil langkah-langkah untuk menghindari sanksi PSSI kalau tim tidak berangkat,” ungkapnya kepada GOAL.com Indonesia.
Indra Sakti sendiri akhirnya bicara dengan pemain via telepon Suharto AD. Dengan pengeras suara di handphone, Indra bicara dengan kapten tim Hardiantono. Indra Sakti memastikan tidak punya uang, dia mengklaim
sudah berusaha mencari kemana-mana untuk biaya pembiayaan tim dan tidak bisa memaksakan keberangkatan tim. Hardiantono tak lama menanggapi suara Indra Sakti yang terus berkilah tentang sudah berusaha mencari dana.
“Apa yang sudah bapak lakukan. Mana usaha bapak, jadi jangan kambinghitamkan kami pemain. Berarti memang pengurus yang enggak mau kami berangkat, bukan pemain. Sudahlah ya Pak,” ungkapnya sambil menjauh dari telepon tersebut.
Hardiantono kepada media yang hadir di pertemuan tersebut menjelaskan, pemain sejauh ini masih komitmen untuk menang, bertanding dan membawa PSMS lolos dari fase grup, karena peluang itu masih terbuka lebar.
Sejatinya, pemain tak banyak permintaan. Sudah banyak janji yang diingkari.
“Paling enggak hanya satu bulan gaji saja. Ini kan sudah mau habis kompetisi. Setelah dua laga away habis babak grup menunggu lanjutan. Kalau tidak jelas juga pembayaran bagaimana. Kami mau kok selama ini bermain walau gaji enggak dibayar, menang bahkan di dua away sebelumnya [Persisko, Persih] dan menang atas PSAP di Teladan. Semua berjalan maksimal di lapangan. Kali ini, kami hanya minta sementara satu bulan gaji dari beberapa bulan gaji yang belum dibayar. Itu saja dulu, tadi dari pembicaraan dengan ketua umum enggak jelas soal itu. Ya bagusan di rumah cari kerjaan daripada dibohongin pengurus terus. Kalau mau serius ayo sama-sama berusaha, jangan pemain saja yang terus disuruh mengerti dan berusaha di lapangan. Jadi kami serahkan ke pengurus bagaimananya,” beber mantan kapten PON Sumut ini.
Suharto AD menambahkan, tim pelatih tak ada sekalipun mempengaruhi pemain untuk tidak berangkat.
“Semua sudah siap untuk berangkat, saya sudah siapkan 19 pemain yang akan berangkat. Kami tidak provokasi pemain untuk tidak berangkat. Semua masih sepakat untuk tetap meloloskan tim ini ke 12 besar, persoalannya kalau kami saja yang semangat untuk lolos dan pengurus serta manajemen tidak, susah,” pungkasnya. (goal.com)