Ritham Madubun saat membela Timnas | foto: dok |
Klub Persemalra dan masyarakat Maluku Tenggara tengah berduka. Pelatih
Persemalra Ritham Madubun meninggal dunia akibat sakit. Kabar ini
diperoleh dari Sekretaris Tim Persemalra Fahry Rahayaan. Almarhum
menghembuskan nafasnya di rumahnya di Kompleks Islamic Center Kota Tual,
Maluku Tenggara, sekitar pukul 02.00 WIT (Waktu Indonesia Timur), Kamis
(1/8). Ritham adalah pelatih Persemalra sejak 2011 hingga wafat.
Ritham Madubun sebelum melatih di Persemalra adalah langganan pemain
Tim Nasional Indonesia di era tahun 1990-an. Pria kalem kelahiran 1
April 1971 ini meninggal dunia akibat stroke yang dideritanya
bertahun-tahun.
Beberapa pemain maupun mantan pemain yang pernah bersama Ritham Madubun
juga sempat mengungkapkan rasa dukanya. BlackBerry mantan pemain Timnas
Bima Sakti profile picture-nya juga dipasang foto Ritham
Madubun ketika masih memperkuat Persija. “RIP Ritam Madubun, semoga amal
ibadahnya diterima di sisi Allah SWT,” demikian personal message Bima.
“Kami sangat kehilangan sekali dengan meninggalnya beliau,” ucap
Sekretaris Tim Persemalra Fahry Rahayaan, Kamis (1/8) pagi. Menurutnya,
sosok Ritham di Persemalra sulit dan bahkan tak tergantikan. “Sebagai
pelatih dan mantan pemain timnas, beliau memang sangat berpengalaman
terhadap pemain-pemain kami, baik dari segi organisasi maupun
psikologi,” jelas Fahry. Sebagai pelatih, sosok Ritham juga komunikatif
dengan para pemain. Apalagi dia sangat mengerti kondisi persepakbolaan
nasional saat ini. “Dia itu orangnya sabar.”
Fahry lalu mengisahkan, sekitar tiga hari yang lalu istri Ritham
(Endang Setiawati Arief) sempat minta diantar untuk menghadap ke
manajemen Persemalra. Pasalnya, tim yang kini bermain di Grup 2 Divisi
Utama 2013 belum menyelesaikan beberapa kewajiban kepada pelatih ini.
“Namun beliau mencegahnya dan mengatakan, kalau saya sudah terima gaji,
bagaimana dengan pemain-pemain lain yang belum terima gaji,” ucap Fahry
mengenang ucapan pelatih ini.
Bagi Fahry, sosok Ritham memang sebagai pelatih yang mendahulukan
kepentingan orang lain, termasuk pemain. Di sisi lain, pelatih ini juga
sangat konsen dan peduli pada timnya meski menghadapi kesulitan
finansial.
Bahkan, tidak ada pekerjaan lain yang dilakoni Ritham selain melatih
bola. Yang membuat Fahry hormat dengan sosok pelatih ini adalah
keteguhannya pada profesi. “Beliau kalau nggak melatih ya mengajar
mengaji anak-anak di masjid dekat rumahnya,” tukasnya.
Penyakit stroke Ritham sendiri kali pertama terjadi saat ia masih
bermain untuk Persitara tahun 2007-2008. Saat itu ia terkena stroke di
tubuh bagian kiri. Ketika itu Ritham masih tinggal di Tangerang sehingga
sakitnya bisa segera disembuhkan. Namun beberapa tahun kemudian
strokenya kambuh lagi beberapa kali, hingga akhirnya puncaknya pada
kematian.
Dua minggu sebelum wafat, stroke Ritham kambuh. Sejatinya, ia akan
dirawat ke rumah sakit setempat. Namun karena fasilitas rumah sakit yang
kurang memadai, akhirnya Ritham hanya menjalani perawatan di rumah
saja.
Meski sudah tak menjadi pemain lagi, Ritham Madubun juga kerap menjalin
komunikasi dengan kawan-kawannya semasa di Timnas Indonesia. Beberapa
kawannya yang masih aktif menjalin kontak dengan Ritham adalah Widodo C
Putra, Rahmad Darmawan, dan Ansyari Lubis.
Ritham Madubun mengawali karirnya di Persipura Jayapura. Kemudian
pernah berseragam Persija, PSM Makassar, Persikota Tangerang, Pelita
Jaya, PSPS Pekanbaru, Persma Manado, dan Persitara. Sementara itu di
Timnas Indonesia, ia pernah tampil di ajang Piala Asia 1996 dan
Pra-Piala Dunia tahun 1997.
Ritham meninggalkan seorang istri bernama Endang Setiawati Arief dan
empat anak, yakni Fariz Ritham Madubun, Tisa’a Aprilla Ritham Madubun,
Ning Rienda Ritham Madubun, dan Resha Chiero Maldini Ritham Madubun.
Rencananya, almarhum akan dikebumikan di Desa Elaar Let, Kecamatan Kei
Kecil Timur, Kabupaten Maluku Tenggara hari ini, sekitar pukul 13.00
WIT. Selamat jalan Bang Ritham Madubun.(Rizki Daniarto)