Ribuan pendukung Persebaya alias Bonek menggelar aksi di Tugu Pahlawan
sebagai bentuk perlawanan atas keputusan PSSI yang dinilai menzalimi tim
kesayangannya, Jumat (12/10/2013) malam. Bentuk aksi damai yang
dilakukan ribuan Bonek itu digelar dengan menyalakan seribu lilin.
Menurut dedengkot Bonek, Andi Peci, aksi yang dilakukan bersama ribuan rekan-rekannya itu sebagai perlawanan atas bentuk penzaliman sistemik untuk menghancurkan Persebaya yang dilakukan PSSI dalam upaya penghilangan paksa sejarah.
Dia mengatakan, upaya penghilangan sejarah Persebaya itu dimulai dengan munculnya putusan Kongres PSSI pada 17 Maret 2013 di Hotel Borobudur, Jakarta. "Dengan arogan, PSSI mengeluarkan putusan tidak mengakui Persebaya sebagai klub sepakbola yang bermain di IPL," katanya.
Penzaliman paling aktual, kata Andi, adalah putusan pada 2 Oktober 2013 terkait pengambilalihan kompetisi IPL oleh PSSI, dan kemudian tidak menyertakan Persebaya 1927 dalam play off IPL untuk unifikasi liga 2014.
Andi sangat menyesalkan putusan PSSI tersebut menyusul Persebaya selama ini banyak menelurkan pemain bola yang tergabung dalam tim nasional. Namun faktanya, Andi mengatakan, PSSI justru tidak mengakui eksistensi Persebaya 1927. PSSI lebih mengakui Persebaya yang bermain di Divisi Utama ISL.
Untuk melawan kezaliman PSSI, suporter Persebaya menyatakan komitmennya untuk setia dan mencintai Persebaya. Komitmen itu dinyatakan dalam Tri Dharmabakti Bonek yang berisi tiga poin, yakni menjaga dan melindungi Persebaya, melawan siapapun yang berniat dan bertindak menzalimi Persebaya tak terkecuali PSSI, dan selamanya akan tetap mendukung Persebaya yang terlahir pada 18 Juni 1927. Sementara akibat aksi tersebut, arus lalu lintas di sekitar Tugu Pahlawan, mengalami kemacetan. [beritajatim.com] (KAR)
Menurut dedengkot Bonek, Andi Peci, aksi yang dilakukan bersama ribuan rekan-rekannya itu sebagai perlawanan atas bentuk penzaliman sistemik untuk menghancurkan Persebaya yang dilakukan PSSI dalam upaya penghilangan paksa sejarah.
Dia mengatakan, upaya penghilangan sejarah Persebaya itu dimulai dengan munculnya putusan Kongres PSSI pada 17 Maret 2013 di Hotel Borobudur, Jakarta. "Dengan arogan, PSSI mengeluarkan putusan tidak mengakui Persebaya sebagai klub sepakbola yang bermain di IPL," katanya.
Penzaliman paling aktual, kata Andi, adalah putusan pada 2 Oktober 2013 terkait pengambilalihan kompetisi IPL oleh PSSI, dan kemudian tidak menyertakan Persebaya 1927 dalam play off IPL untuk unifikasi liga 2014.
Andi sangat menyesalkan putusan PSSI tersebut menyusul Persebaya selama ini banyak menelurkan pemain bola yang tergabung dalam tim nasional. Namun faktanya, Andi mengatakan, PSSI justru tidak mengakui eksistensi Persebaya 1927. PSSI lebih mengakui Persebaya yang bermain di Divisi Utama ISL.
Untuk melawan kezaliman PSSI, suporter Persebaya menyatakan komitmennya untuk setia dan mencintai Persebaya. Komitmen itu dinyatakan dalam Tri Dharmabakti Bonek yang berisi tiga poin, yakni menjaga dan melindungi Persebaya, melawan siapapun yang berniat dan bertindak menzalimi Persebaya tak terkecuali PSSI, dan selamanya akan tetap mendukung Persebaya yang terlahir pada 18 Juni 1927. Sementara akibat aksi tersebut, arus lalu lintas di sekitar Tugu Pahlawan, mengalami kemacetan. [beritajatim.com] (KAR)