Selamat Datang | |


Breaking
    Loading ...

Jumat, 25 Januari 2013

Sulit Dapat Sponsor, Persewangi Pilih Ke Liga Amatir

By
Updated : Jumat, 25 Januari 2013 17.51.00
BANYUWANGI - Ketua Umum Persewangi Banyuwangi (LPIS) , Nanang Nur Ahmadi, mengaku sudah angkat tangan untuk mempertahankan klub tersebut berkompetisi di level profesional. Dirinya tak terlalu ingin membawa klub tersebut berkompetisi di kasta profesional.

"Itu alternatif terakhir. Saya ke (kompetisi) amatir saja. Jalan terbaik adalah amatir. Saya mau kumpulkan manajemen dan pengurus. Saya akan laporkan ini ke Pak Bupati," kata Nanang.

Jika nanti Persewangi benar-benar beralih status amatir, maka harus turun ke Divisi I PSSI. Divisi I adalah kasta tertinggi liga amatir di Indonesia. Dengan berstatus amatir, Persewangi berhak mendapat bantuan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Namun Persewangi tidak boleh mengontrak pemain asing dan harus memberdayakan pemain-pemain muda lokal. 

"Saya malah suka begitu. Tidak mumet (pusing). Kalau dulu tidak mumet, karena ada bantuan APBD, kita tinggal kelola. Sekarang saya dedel duwel (hancur-lebur). Uang saya 'kathut' (terikut) sekitar Rp 1 miliar. Kalau disebut berdarah-darah, darah saya hampir habis," kata Nanang.

Musim kemarin, Persewangi masuk dalam Divisi Utama versi PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS). Klub berjuluk Laskar Laros ini mengalami krisis finansial. Selain gaji pemain sering terlambat, klub memiliki utang tunggakan gaji sejak Januari hingga Juli 2012 salah satu pemain asingnya, Moukwelle Sylvain.

Manajemen Persewangi mengaku harus beberapa kali meminta bantuan PT LPIS. "Dulu waktu main di Blitar, saya sudah tak punya duit sama sekali. Lalu saya telpon Pak Widja (CEO PT LPIS Widjajanto). “ Cak, saya minta tolong. Pak Widja kirim duit Rp 50 juta. Alhamdulillah, akhirnya kami bisa main di Blitar," kata Nanang. Kemudian saat ia pusing memikirkan tunggakan gaji Moukwelle, PT LPIS kembali membantu Rp 50 juta.

Kembali ke kompetisi Amatir memang alternative terbaik untuk klub-klub daerah yang sulit memperoleh sponsor. Klub-klub yang memilih berada di kompetisi amatir bisa menjalin kerjasama dengan klub professional untuk menyalurkan pemain-pemain berbakatnya. (LPIS)

Berita Terkait

Comment