Terperosoknya Persid Jember, Jawa Timur, ke posisi juru kunci klasemen
akhir Grup III kompetisi sepakbola Divisi Utama PT Liga Indonesia tak
lepas dari andil ketidakadilan wasit dalam memimpin pertandingan.
Hal ini dikemukakan Ketua Umum Persid dan Ketua Yayasan Persid Jember, Sunardi, Kamis (20/6/2013). Persid berada di urutan buncit klasemen Grup III alias posisi ke-8, dengan capaian 9 angka, melalui 14 kali bertanding, 1 kali menang, 6 kali seri, dan 7 kali kalah. Persebo Bondowoso di peringkat 7 dengan capaian 12 angka, dari 14 kali bertanding, 3 kali menang, 3 kali seri, dan 8 kali kalah.
"Kalau melihat kualitas pemain, Persid bagus, Namun saat bertanding kami kalah. itu banyak faktor. Kadang-kadang kami kalah dengan permainan wasit, dirugikan," kata Sunardi.
Sunardi menyebut empat laga di mana Persid dirugikan, yakni saat laga tandang melawan Persebo Bondowoso (kalah 0-1), tandang melawan Persebaya DU (kalah 0-2), laga kandang melawan PSBK Blitar (kalah 0-1), dan laga tandang melawan Deltras Sidoarjo (kalah 1-4).
"Kalau empat laga itu main fair play, kami tidak mungkin paling bawah (juru kunci). Dua pertandingan saja kami tak dirugikan wasit, kesempatan kita tak jadi juru kunci," kata Sunardi.
Persid sebenarnya sudah pernah menyurati PT Liga Indonesia agar memperbaiki kinerja wasit. "Tidak ada tindak lanjut dari PT Liga. Ketika tak dihiraukan, penonton berbuat hal-hal yang tak diinginkan, dan kami kemudian kena hukuman (satu kali pertandingan tanpa penonton)," keluh Sunardi.
Sunardi menilai, permainan Persid cukup apik sehingga stadion Notohadinegoro tak pernah sepi jika klub itu bertanding. "Penonton tertarik dengan permainan Persid sekarang. Padahal kita sering kalah. Kekalahan kita karena faktor keberuntungan saja. Kalau kualitas tidak bagus, penonton tidak mungkin tertarik," katanya.
Sunardi menampik menunjuk siapa yang paling bertanggungjawab atas kegagalan Persid ini. "Sepak bola satu tim. Kalau satu tim, tidak bisa menyalahkan satu dengan yang lain. Semua berkoordinasi ketika mau main. Ketika berlaga tanding ya tanding. Tak ada permainan seperti jual poin. Itu tidak pernah kita lakukan, karena tujuannya agar Persid jadi kebanggaan Jember," kata Sunardi.
Soal urusan gaji, Persid tak ada persoalan. "Walau dana kembang kempis, alhamdulillah kita bisa selesaikan semua. Masalah gaji tak ada persoalan," katanya. (beritajatim.com)
Hal ini dikemukakan Ketua Umum Persid dan Ketua Yayasan Persid Jember, Sunardi, Kamis (20/6/2013). Persid berada di urutan buncit klasemen Grup III alias posisi ke-8, dengan capaian 9 angka, melalui 14 kali bertanding, 1 kali menang, 6 kali seri, dan 7 kali kalah. Persebo Bondowoso di peringkat 7 dengan capaian 12 angka, dari 14 kali bertanding, 3 kali menang, 3 kali seri, dan 8 kali kalah.
"Kalau melihat kualitas pemain, Persid bagus, Namun saat bertanding kami kalah. itu banyak faktor. Kadang-kadang kami kalah dengan permainan wasit, dirugikan," kata Sunardi.
Sunardi menyebut empat laga di mana Persid dirugikan, yakni saat laga tandang melawan Persebo Bondowoso (kalah 0-1), tandang melawan Persebaya DU (kalah 0-2), laga kandang melawan PSBK Blitar (kalah 0-1), dan laga tandang melawan Deltras Sidoarjo (kalah 1-4).
"Kalau empat laga itu main fair play, kami tidak mungkin paling bawah (juru kunci). Dua pertandingan saja kami tak dirugikan wasit, kesempatan kita tak jadi juru kunci," kata Sunardi.
Persid sebenarnya sudah pernah menyurati PT Liga Indonesia agar memperbaiki kinerja wasit. "Tidak ada tindak lanjut dari PT Liga. Ketika tak dihiraukan, penonton berbuat hal-hal yang tak diinginkan, dan kami kemudian kena hukuman (satu kali pertandingan tanpa penonton)," keluh Sunardi.
Sunardi menilai, permainan Persid cukup apik sehingga stadion Notohadinegoro tak pernah sepi jika klub itu bertanding. "Penonton tertarik dengan permainan Persid sekarang. Padahal kita sering kalah. Kekalahan kita karena faktor keberuntungan saja. Kalau kualitas tidak bagus, penonton tidak mungkin tertarik," katanya.
Sunardi menampik menunjuk siapa yang paling bertanggungjawab atas kegagalan Persid ini. "Sepak bola satu tim. Kalau satu tim, tidak bisa menyalahkan satu dengan yang lain. Semua berkoordinasi ketika mau main. Ketika berlaga tanding ya tanding. Tak ada permainan seperti jual poin. Itu tidak pernah kita lakukan, karena tujuannya agar Persid jadi kebanggaan Jember," kata Sunardi.
Soal urusan gaji, Persid tak ada persoalan. "Walau dana kembang kempis, alhamdulillah kita bisa selesaikan semua. Masalah gaji tak ada persoalan," katanya. (beritajatim.com)