Selamat Datang | |


Breaking
    Loading ...

Selasa, 16 April 2013

Widjajanto Berharap Potensi Divisi Utama PT LPIS Diperhatikan

By
Updated : Selasa, 16 April 2013 20.40.00

CEO PT LPIS Widjajanto belum bisa memberi kepastian tentang promosi dan degradasi di kompetisi kasta kedua yang dikelolanya.

Kompetisi Divisi Utama PT LPIS masih belum mendapat kepastian apakah akan mendapat jatah promosi atau tidak saat dilakukan penyatuan liga. Dari hasil Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI, kompetisi kasta kedua LPIS tidak diberi jatah promosi. Pasalnya hanya empat klub dari Indonesian Premier League (IPL) yang bakal bergabung dengan Indonesian Super League (ISL) saat disatukannya kompetisi.

Hal ini yang menjadi pertanyaan klub DU LPIS. Meski belum ada kepastian, namun PT LPIS sebagai operator liga tetap menggulirkan kompetisi yang dibagi menjadi dua grup. Pembukaan kompetidi dilakukan di Sleman. Di laga perdana di Stadion Maguwoharjo, Minggu (14/4), PSS sukses menaklukkan Persibangga Purbalingga 2-0.

CEO PT LPIS Widjajanto belum bisa memberi kepastian tentang promosi dan degradasi di kompetisi kasta kedua yang dikelolanya. Namun dia berharap PSSI dan pemerintah melihat potensi dari kompetisi DU. Menurutnya PSS perlu melihat kompetisi itu dari perspektif konstruktif. Artinya upaya dari pengelola klub DU tidak disia-siakan karena tidak ada tiket promosi musim depan.

"Kami minta teman-teman di federasi dan pemerintah melihat potensi anak bangsa ini. Mereka bisa melihatnya dari perspektif konstruktif dengan memperhatikan jeritan hati pengelola klub. Anda bisa menyaksikan bagaimana laga pembukaan yang dahsyat, luar biasa," kata Widjajanto.

"Saya ingin fakta ini diperhitungkan. Semua juga harus mempertimbangkan pengelola klub ini juga berbadan hukum. Mereka memiliki PT. Bila perspektif konstruktif tidak dibangun, maka PT akan tutup. Terus terang rekonsiliasi yang sesungguhnya hanya sepihak telah membuat anak bangsa dirugikan," jelasnya.

Widjajanto tidak secara langsung menyampaikan harapan agar DU PT LPIS diberi slot promosi. Pasalnya, klub akan merasa sia-sia karena mereka mengikuti kompetisi tanpa ada kejelasan.

"Pemerintah juga harus memperhatikan bagaimana jika kompetisi ini dimatikan. Akan banyak pengangguran. Potensi ekonomi dari pedagang kecil di stadion pun ikut mati. Padahal saat ini sulit mencari pekerjaan. Itulah jawabannya. Saya tidak akan menyampaikannya secara terang-terangan. Tapi saya mengajak semua untuk melihat potensi ini," tandasnya. (gk-51)

Berita Terkait

Comment